Pada saat itu Bupati Blora hendak
melakukan perjalanan menuju Semarang bersama dengan beberapa orang bawahannya
dengan moda transportasi Kereta Api. Pada saat perjalanan itulah kemudian
rombongan Bupati Blora bersama bawahannya ini dihadang oleh beberapa orang yang
ternyata adalah anggota PKI. Bupati bersama rombongan bawahannya kemudian
dibunuh dan jasadnya dibuang dan ditumpuk di gorong-gorong Pohrendeng ini.
![]() |
Gorong-gorong Pohrendeng, tempat kejadian. sumber :kompasiana.com |
Mengutip dari tulisan di kompasiana.com salah satu narasumber yakni Ridwan selaku kepala dukuh Pohrendeng, dia menceritakan bahwa “menurut salah satu saksi langsung dalam peristiwa tersebut yaitu Mbah Sambong yang sekarang sudah meninggal pernah menceritakan kepada saya mas. Awal mulanya Bupati Blora hendak pergi ke Semarang bersama beberapa asistennya dengan menaiki kereta api, namun ketika kereta sampai di lintasan Dukuh Pohrendeng kereta tersebut dihadang oleh beberapa orang yang ternyata anggota PKI dan kumpulan orang tersebut menyeret Bupati dan beberapa asistennya kemudian dibunuh dan jasadnya ditumpuk di bawah corongan ini(gorong-gorong Pohrendeng) mas.”
Narasumber lain seorang warga setempat Ahmad Asrori, mengatakan kepada liputan6.con bahwa “Ya, di corongan inilah duu para petinggi dibantai oleh para PKI,” gorong-gorong ini adalah jemban rel kereta api pada saat itu.
“Sepintas memang tidak ada yang
istimewa dari banunan gorong-gorong bekas jembatan rel kereta api ini, karena
tidak diabadikan menjadi tempat sejarah kejamnya PKI,” pungkasnya
Kejadian pemberontakan dan pembunuhan
yang terjadi di tahun 1948 di Blora bukan hanya Bupati Blora Blora, TNI, asisten,
dan para pejabat lainnya yang menjadi korban kekejaman PKI, akan tetapi juga banyak
warga sipil di Kabupaten Blora yang menjadi korbannya. Konon, seorang penulis
di kompasiana.com menulis bahwa jumlah jasa korban lebih dari 100 orang yang
dikumpulkan di bawah corongan ini yang pada waktu itu adalah sebuah kubangan
air yang cukup besar.
Kepada liputan6.com Sugie Rusyono
menceritakan bahwa dia juga pernah bertemu dengan saksi hidup yakni mbah
Sambong Gondowijoyo pada tahun 2014. Mbah Sambong Gondowijoyo adalah saksi
hidup dan menceritakan melihat langsung peristiwa di corongan dari dekat ketika
mbah Sambong Gondowijoyo masih muda dulu.
Sugie mengatakan kepada
liputan6.com “Rasa ketakutan mbah Sambong membayang saat menceritakan peristiwa
itu. Sebab dirinya melihat ada sekitar lima orang yang dibunuh oleh angora PKI
dengan menggunakan senjata tajam di gorong-gorong Phrendeng pada malam hari,”
Nama Mr.Iskandar sekarang
diabadikan sebagai salah satu jalan di Kabupaten Blora sebagai penghormatan
kepada beliau. Jalan Mr. Iskandar yang terletak di selatan alun-alun Blora yang
menghubungkan jalan ke arah Kecamatan Randublatung. Nama-nama lain yang juga
diabadikan menjadi nama jalan di Kabupaten Blora adalah Jalan Abu Umar yang
berada di sebelah barat alun-alun Blora sampai simpang tiga lapangan
Bhayangkara Blora. lalu ada Jalan Gunandar yang berada di sebelah selatan Tugu
Pancasila sampai SMP Negeri 2 Blora.
0 Comments:
Post a Comment